Minggu, 22 November 2009

Belajar dari Kupu-Kupu

Proses metamorfosis kupu-kupu telah membuktikan kepada ku bahwa tatkala kupu-kupu masih dalam bentuk ulat di dalam sebuah kepompong, maka di sana terjadi suatu peristiwa yang mirip dengan dormansi, pun seperti bayi di kandungan, ia tak bisa berbuat banyak tapi masa tersebut harus dilaluinya seraya menunggu saat yang tepat untuk beraksi optimal.

Ketika sang ulat yang berada di kepompong berlatih setiap hari untuk meloloskan diri dari kepompongnya, maka terjadi pergerakan dan pertumbuhan yang mengutkannya. Namun, walaupun ulat sudah berubah bentuk menjadi kupu-kupu, tetapi selama ia tetap berada di kepompong, dan tidak berusaha “mendobrak” keterbatasannya, maka seindah apa pun kupu-kupu tersebut ia akan mati di dalamnya. Keluarkanlah keindahanmu, tak perlu kau sembunyikan sendiri, tapi keluarkanlah pada saat yang tepat, pada orang yang tepat.

Kuperhatikan tatkala kupu-kupu berusaha dan berhasil keluar dari kepompong setelah melalui proses “ketidaknyamanan” yang panjang, maka tumbuhlah keindahan baru, yang terkesan hadir secara tiba-tiba. Sungguh, tidak ada yang tiba-tiba di muka bumi ini.. semua mengikuti SunnatullahNya...

Tahukah engkau, apa yang terjadi jika ada manusia yang coba ‘berbaik hati’ kepada kupu-kupu yang masih terkukung di dalam kepompong itu, yaitu mencoba membantunya dengan cara membukakan lubang kepompong tersebut sehingga kupu-kupu tersebut bisa keluar dengan mudah? Ya, karena kupu-kupu keluar dengan mudah, maka otot-ototnya tidak terlatih untuk bertarung dengan alam yang liar. Sehingga wajar saja bantuan dari manusia tersebut justru melahirkan kupu-kupu yang lemah bahkan cepat mati

Memang perjuangan itu jarang yang diawali dengan mudah, dan perubahan itu tidaklah selalu diawali rasa nyaman. Namun kehidupan pun seringkali membuktikan bahwa di balik ketidakmudahan dan ketidaknyamanan hidup terdapat kekuatan dan kenikmatan yang luar biasa. Itu sebabnya mengapa aku harus OPTIMIS, yaitu menghadirkan kebahagiaan pikiran dan perasaan terlebih dahulu, sebelum kebahagiaan fisik aku dapatkan. Rasa itu sejati, Fisik itu fana .... 

Wallahu alam

Tidak ada komentar: