Senin, 30 November 2009

M U H A S A B A H

Letakkan telapak tangan kanan Anda di dada sebelah kiri Anda. Tarik nafas Anda ..., tahan...., tahan ...., tahan ...., hembuskan ..... (ulangi tiga kali, hingga seluruh tubuh Anda terasa rileks) ....

Rasakanlah detak jantung yang berdetak di dada kiri Anda, rasakanlah dengan sepenuh hati Anda, rasakanlah di setiap detakkannya ada ungkapan syukur yang sering terlupa, rasakanlah... Rasakanlah ternyata jantung Anda berdetak sejak ditiupkannya ruh dari-Nya semasa Anda masih berada di rahim ibu Anda yang tercinta ..... Subhanallah...

Sekarang rasakanlah, jantung yang berdetak itu telah membuat darah Anda mengalir ke seluruh tubuh Anda... Rasakanlah darah Anda mengalir di kepala Anda, ia membawa oksigen murni, memberikan nutrisi kepada otak Anda, sehingga Anda menjadi cerdas. Rasakanlah darah Anda yang mengalir, di tangan Anda, di jari-jari tangan Anda, rasakanlah darah Anda yang mengalir di kaki Anda, di jari-jari kaki Anda. Rasakanlah bahwa tubuh Anda mulai menghangat dengan rasa takjub bahwa darah Anda mengalir dengan tertib di setiap sela tubuh Anda. Bertasbih dan membesarkan ALLAH. Rasakanlah kebesaran Allah. Allahu Akbar!

Ya, hadirkanlah kebesaran Allah yang Maha Besar. Tidak ada lagi keluhan yang membuat Anda gelisah sebab Anda begitu dekat dengan Cahaya-Nya. Kalau Anda mengeluh karena rumah Anda yang bocor ketika hujan, maka perhatikanlah, betapa banyak orang yang tidak memiliki rumah, mereka tidur di pinggir jalan. Jika Anda mengeluh sebab tidak memiliki mobil lalu Anda kehujanan ketika anda mengendarai motor Anda menuju kantor, pasar, atau kampus Anda, maka lihatlah betapa banyak orang yang berjalan kaki dan berdesak-desakkan di bis kota dan kereta api. Maka bersyukurlah dengan apa yang ada, sebab syukur Anda menjamin kenikmatan Anda kian bertambah. Insya Allah.

Saudaraku, sebagai bukti syukur Anda kepada Allah, kini hadirkanlah masa-masa bahagia yang pernah Anda rasakan bersama orang-orang yang Anda cintai. Hadirkanlah masa-masa bahagia yang pernah Anda rasakan bersama mereka, orang-orang yang ingin Anda bahagiakan sebab Anda begitu menyayangi mereka.

Hadirkan saat-saat indah ketika Anda kecil dulu bercengkrama akrab dengan ibu dan ayah Anda. Hadirkanlah masa-masa bahagia ketika Anda bertamasya ke tempat wisata impian Anda bersama mereka. Hadirkanlah masa-masa bahagia ketika Anda bermain kartu gambar atau kelereng bersama adik, kakak, dan rekan-rekan kecil Anda, yang kini entah dimana mereka berada. Hadirkanlah masa-masa indah yang tak terlupakan ketika Anda bersilaturahmi berpetualang ke rumah kakek dan nenek Anda, ke rumah saudara-saudara ayah dan ibu Anda yang tidak seberuntung Anda. Hadirkanlah masa-masa bahagia ketika Anda bersyukur karena bertemu dengan seorang sahabat yang begitu peduli kepada Anda, dimana dunia tak lagi terasa gersang karena wasilahnya. Bersyukurlah kepada Allah!

Kini, hadirkanlah mereka satu persatu dalam pikiran Anda. Lalu rasakanlah kehadiran mereka di hati Anda. Tataplah wajah mereka, tataplah mata mereka, tataplah senyuman mereka, tataplah harapan-harapan mereka. Siapa tahu diantara mereka ada yang sering mendo’akan Anda agar Anda sukses berkarya, selamat di dunia dan akhirat. Sudahkah Anda pun mendo’akan mereka?

Sekarang mari kita lebih fokus lagi. Hadirkanlah seorang wanita yang luar biasa, seorang wanita suci bermahkota ibu. Hadirkanlah ibu Anda yang luar biasa, seorang ibu yang mengandung Anda sembilan bulan lamanya dalam kondisi letih tanpa mengeluh ditelan oleh rasa bahagianya yang begitu tinggi sebab Anda akan lahir. Seorang ibu yang bertaruh nyawa ketika melahirkan Anda, di mana sebelah kakinya sudah berada di ambang kematian, berjuang demi melahirkan Anda.

Hadirkan wajah seorang ibu yang terus menerus membimbing Anda, memberikan Anda ASI, yang tidak rela melihat Anda menangis kehausan, dan ibu Anda pun segera menghentikan aktivitasnya karena anaknya yang tercinta menangis ingin disusui. Hadirkan seorang ibu yang penuh kasih tersebut ... Tataplah matanya dalam-dalam....tataplah kerutan di wajahnya ... tataplah rambutnya yang sudah mulai banyak memutih ... tidakkah Anda melihat dirinya sudah mulai renta ditelan usia .....

Itulah ibu Anda...ibu yang mengajari Anda berjalan...ibu yang mengajari Anda membaca ... ibu yang mengajari Anda berempati .... ibu yang mengajari Anda mengaji .... ibu yang dulu memakaikan Anda pakaian dari baju yang dibelinya di pasar dimana ia rela berdesak-desakan agar Anda tidak kedinginan. Seorang ibu yang ingin melihat Anda berpakaian indah. Dan pernahkah Anda memberikan baju yang indah untuk ibu Anda?

Hadirkan lebih dalam lagi dengan sepenuh hati Anda, wajah Seorang ibu yang luar biasa, seorang ibu yang selalu menunggu kapan Anda pulang ke rumah dengan wajah ceria, ibu yang menunggui Anda dengan sabar di kala Anda sakit, ibu yang memotivasi Anda di kala Anda menghadapi ujian berat dalam hidup...seorang ibu yang tetap bergerak menyayangi Anda walaupun mungkin saja, Anda seringkali berpikiran negatif tentang ibu Anda sendiri... Astaghfirullohal azim.

Perhatikanlah sekarang, ibu Anda bergerak pelan mendakati Anda sambil tersenyum penuh kasih sayang, rasakanlah tangan ibu Anda memegang pundak Anda, dan Anda pun tak tahan ingin memeluk ibu Anda, maka peluklah ia. Rasakanlah hangatnya pelukan ibu Anda, rasakanlah pundak Anda yang basah oleh air mata ibu Anda. Dan, dengarkanlah ... ibu Anda berbisik dengan lirih ... Anakku ... maafkan ibu ya nak..karena ibu tidak mampu memberikan yang terbaik kepadamu... tapi ibu sungguh sangat menyayangimu .... engkau adalah anak harapanku....jadilah anak terbaik nak...jadilah anak yang solih ... anak yang solihah ....

Subhanallah, alhamdulillah, wa laa ilaaha illaallaahuwallahu akbar...

Sekarang hadirkanlah wajah seorang Pria yang menjadi tauladan di keluarga Anda, wajah seorang pria yang bercucuran keringat mencari nafkah buat Anda dan keluarga, seorang pria yang sangat bahagia ketika mengetahui kelahiran Anda yang selamat, seorang pria yang membangga-banggakan Anda kepada rekannya. Hadirkan wajah seorang pria yang tabah, yang malamnya ia tak bisa tertidur dengan lelap karena memikirkan kebutuhan-kebutuhan dan permintaan-permintaan Anda dan keluarga. Ingatkah ketika Anda meminta kepadanya, “Ayah, belikan aku motor ya, teman-temanku sudah pada punya motor ayah... yang second juga ga apa-apa.. agar aku lebih cepat sampai ke sekolah...”

Subhanallah, Hadirkanlah wajah seorang ayah yang pergi pagi, pulang petang bahkan malam, bahkan menginap untuk berkerja dengan tetap penuh semangat, untuk Anda dan keluarga Anda. Hadirkanlah dengan hati Anda yang terdalam saudaraku ... tak perlu Anda khawatirkan tetesan air mata Anda .....

Tataplah wajah ayah Anda....tataplah senyumannya yang penuh wibawa... tatap pula rambutnya yang sudah mulai memutih ... tatap pula jalannya yang sudah mulai gontai dimakan usia...tatap pula ayah Anda yang kini mulai sering sakit-sakitan....Hadirkanlah beliau... bayangkanlah ayah Anda mendekati Anda perlahan dan memegang pundak Anda seraya berkata : “Anakku ....sungguh ayah bangga kepadamu ...teruslah berjuang nak...memang hidup ini tidak mudah ....tapi insya Allah selama engkau terus berjuang menghadapi masalah ... yakinlah justru karena masalah itulah yang membuat engkau mendapatkan peluang untuk berprestasi ... majulah nak... berjuanglah!”

Sekarang hadirkanlah ketika Anda bercengkrama bersama sahabat Anda dan rekan-rekan seperjuangan Anda lainnya. Hadirkanlah ketika Anda berkumpul dengan mereka dan hati Anda menjadi lebih tenang, karena Anda pun merasa dekat kepada Tuhan. Hadirkanlah rasa syukur karena Anda telah memiliki rekan-rekan yang luar biasa. Bayangkanlah ...ketika tiba-tiba di saat Anda sedang berkumpul bersama rekan-rekan Anda ... Anda mendapatkan sms dari ayah Anda ... nak pulanglah ada berita duka untukmu...segera nak...ayah tunggu!

Selama perjalanan pulang hati Anda pun gelisah, apakah gerangan yang terjadi. Sesampai di depan rumah Anda...Anda melihat banyak orang mengerumuni rumah Anda..Anda pun bertanya-tanya ada apa gerangan .... Anda perhatikan di sekitar rumah Anda ada dua bendera kuning terpancang ... Mereka semua menatap wajah Anda dengan syahdu, mereka satu persatu mulai menyalami Anda...”sabar ya nak,” kata mereka ....Anda pun gelisah coba memasuki lebih dalam ... ternyata Anda melihat satu sosok tubuh terbujur kaku di ruang tengah rumah Anda .....

Itulah saat terakhir Anda menatap wajah ibu Anda, itulah saat terakhir Anda bersungkur di hadapan ibu Anda. Itulah saat terakhir Anda bisa luruh di pangkuan ibu Anda. Sebuah kematian yang pasti terjadi. Saudaraku, sesungguhnya bukan kematian ibu Anda yang menjadi tragedi, tetapi sudahkah Anda sempat membahagiakan ibu Anda sebelum ia kembali kepada Tuhan. Sejauh mana sudah Anda berusaha membahagiakan ibu Anda ketika ia masih diperkenankan hidup. Ingatlah saudaraku, ketika Anda belum juga memenuhi beberapa harapan kebahagiannya, padahal Anda mampu melakukannya, dan ia pun pergi meninggalkan Anda secara tiba-tiba, dan Anda belum sempat minta maaf kepadanya, itulah tragedi sesungguhnya.

Saudaraku....bangkitlah mulai saat ini, bahagiakanlah kedua orang tua Anda dengan usaha Anda yang terbaik. Yakinlah, ketika Anda bertekad jadi orang baik, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah berbakti tulus kepada kedua orang tua Anda. Bangkitlah saudaraku. Orang tua Anda tidak meminta banyak kepada Anda, mereka hanya ingin Anda menjadi anak yang sukses dunia dan akhirat, mereka hanya ingin Anda menjadi anak investasi akhirat mereka, mereka hanya ingin Anda menjadi anak solih atau solihah, sehingga doa dari anak solih/solihah akan lebih cepat dikabulkan oleh Allah SWT.

Saudariku, bagi Anda yang sudah menikah, maka prioritaskan suami Anda dibandingkan manusia lainnya. Jika Ridho Allah berada di atas ridho kedua orang tuanya, maka ridho Allah bagi seorang istri yang sholihah, berada di atas ridho suaminya. Wahai suami dan istri, Dalam kurang dan lebihnya pasangan hidup Anda, maka saling memafkanlah. Memang, memaafkan tidak mengubah masa lalu, tapi memaafkan itu memperindah hari ini dan masa depan kehidupan Anda.

Kini, hadirkan orang-orang yang selama ini selalu dekat di sekitar Anda. Hadirkanlah suami Anda, atau istri Anda, anak-anak Anda, saudara-saudara Anda, tetangga-tetangga Anda, kolega-kolega Anda.. tataplah wajah mereka satu persatu.. dan do’akanlah mereka saat ini juga...agar selalu dekat kepada ALLAH SWT, sebagaimana Anda berharap agar Anda semakin dekat dengan ALLAH SWT. Semoga Allah menjadikan kita, dan orang-orang yang bersinergi dengan kita, menjadi orang-orang yang tergolong hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Amien..

Bangkitlah saudaraku, mulai saat ini tidak ada lagi malas, yang Ada adalah kerja cerdas. Mulai saat ini tidak ada lagi malas, yang ada antusias dalam keseimbangan yang ikhlas. Mulai saat ini tidak ada lagi bekerja karena ingin dipuji dan rasa sombong hati, yang ada adalah perjuangan suci dengan mengikhlaskan diri. Mulai saat ini tidak ada lagi perjuangan egois diri, yang ada adalah perjuangan mandiri dan penuh sinergi. Bangkitlah saudaraku ...bangkitlah!

Sabtu, 28 November 2009

Biasa, Luar Biasa, Biasa Saja

Menikahi wanita yang engkau cintai itu biasa,
tapi tetap mencintai wanita yang telah engkau nikahi itu baru luar biasa...

Berbahagia karena mendapatkan apa yang engkau impikan itu biasa,
tapi berbahagia karena engkau menikmati proses perjuanganmu menuju impianmu itu baru luar biasa...

Tersenyum karena mendapatkan kebahagiaan itu biasa,
tapi Berbahagia karena tersenyum dengan ikhlas itu baru luar biasa...

Menangis karena kehilangan harta benda itu biasa,
tapi Menangis karena (khawatir) kehilangan kasih sayang Allah itu baru luar biasa...

Menikmati kemenangan itu biasa,
tapi Menikmati pertandingan itu baru luar biasa...

Berjihad menegakkan kebenaran itu biasa,
tapi Berjihad dengan cara yang benar itu baru luar biasa...

GAGAL itu biasa,
tapi BANGKIT itu luar biasa...

tapi..
sebetulnya...
semua biasa-biasa saja...

Hanya ALLAH yang MAHA LUAR BIASA
Laisa kamitslihii..
Laa Haula Walaa Quwwata ILLAA Billaah..

Wallahu alam
Sang Kepompong

Jumat, 27 November 2009

Ada TUHAN

Kalau engkau ada maka engkau tiada... 
kalau engkau tiada maka engkau ada... 
kalau engkau meniadakan yang ada dan mengadakan yang tiada 
maka ada-ada saja... 
sebab...hakikatnya... 
semua tidak ada, kecuali yang ADA 
TUHAN 

Man 'arofa nafsah, faqod 'arofa robbah... 
semua biasa saja ... dipuji dan dihina... 
Tuhan tetap Allah, dan Allah tetap Tuhan... 
Sang Kepompong hanya hamba dan makhlukNya.... 
ada atau tiadanya Sang Kepompong, Tuhan tetaplah ADA.. 

aku harus berhati-hati.... 
tapi tetap yakin sepenuh hati... 
bukan sesuka hati... 
dari hati... 
yang tiada ada kecuali yang Maha Ada... 

Dalam ketiadaan, ku merasa ada.. 
Dalam keberadaanku yang sering tiada... 
aku ada di sini, tapi adaku ada di sana... 
aku tak ada, adaku pun mengaku... 
aku fana, Tuhan itu abadi... 

walau aku bukan Tuhan 
tapi aku ingin abadi bersamaMu 
dalam syurgaMu.. 
yang ada itu... 

Wallahu alam, 
Sang Kepompong

Selasa, 24 November 2009

Sungguhkah CINTA (sejati) itu sudah HADIR?

Oh dia telah hadir... menusukku tiba-tiba.... sungguh dalam... tak terkira..... dimana.... untuk apa.... apakah engkau pernah merasakannya? sungguhkah?

Ketika cinta hadir, itu adalah anugerah sekaligus cobaan. Ketika cinta hadir, itu adalah hadiah sekaligus ujian. Ketika cinta hadir, itu adalah peluang sekaligus hambatan... dan cinta itu nyaris tak terhentikan... dan seringkali tak terbayangkan sebelumnya... dan hanya satu yang bisa menghentikan cinta itu...yaitu cinta yang lebih besar.. yang lebih abadi...

Tapi aku yang lain, aku yang disana, aku yang masih bernafas tapi tanpa suara.... tak pernah mengerti tentang cinta..

dia bilang padaku.."cinta itu tak layak hadir untukku..."
kubilang saja.. "cinta itu akan hadir kepadamu, jika engkau menghargai kehadiranmu..."
dia bilang lagi padaku.."tapi aku tak pernah kemanapun, aku selalu hadir...."
kubilang lagi.."begitukah? aku lihat engkau di sini tapi hatimu di sana.... sahabatku, jangan kau hadirkan cinta yang dari luar sana, sebab cinta ada disini, didalam hatimu, yang terdalam, lebih dalam dari sekedar nafsu..."

Cinta yang diluar sana seringkali melelahkan..
Tapi Cinta yang didalam sini, sungguh membahagiakan...

Minggu, 22 November 2009

Aku tak tahu, tapi sepertinya tahu.....

Aku mungkin saja tak tahu bagaimana cara tercepat untuk BANGKIT,
tapi sepertinya aku tahu bagaimana cara tercepat untuk HANCUR,
yaitu tidak pernah mencoba untuk BANGKIT

Aku mungkin saja tak tahu bagaimana cara tercepat untuk BERTAQWA,
tapi sepertinya aku tahu bagaimana cara tercepat untuk BERDOSA,
yaitu merasa diri ini paling benar dan yang lain salah total...

Aku mungkin saja tak tahu bagaimana cara terbaik untuk MENCINTAI,
tapi sepertinya aku tahu bagaimana cara terbaik untuk MELUKAI,
yaitu tidak pernah tulus memperhatikannya...

Aku mungkin saja tak tahu bagaimana cara terbaik untuk SUKSES,
tapi sepertinya aku tahu bagaimana cara terbaik untuk GAGAL,
yaitu tidak pernah bersyukur padaNya

Belajar dari Kupu-Kupu

Proses metamorfosis kupu-kupu telah membuktikan kepada ku bahwa tatkala kupu-kupu masih dalam bentuk ulat di dalam sebuah kepompong, maka di sana terjadi suatu peristiwa yang mirip dengan dormansi, pun seperti bayi di kandungan, ia tak bisa berbuat banyak tapi masa tersebut harus dilaluinya seraya menunggu saat yang tepat untuk beraksi optimal.

Ketika sang ulat yang berada di kepompong berlatih setiap hari untuk meloloskan diri dari kepompongnya, maka terjadi pergerakan dan pertumbuhan yang mengutkannya. Namun, walaupun ulat sudah berubah bentuk menjadi kupu-kupu, tetapi selama ia tetap berada di kepompong, dan tidak berusaha “mendobrak” keterbatasannya, maka seindah apa pun kupu-kupu tersebut ia akan mati di dalamnya. Keluarkanlah keindahanmu, tak perlu kau sembunyikan sendiri, tapi keluarkanlah pada saat yang tepat, pada orang yang tepat.

Kuperhatikan tatkala kupu-kupu berusaha dan berhasil keluar dari kepompong setelah melalui proses “ketidaknyamanan” yang panjang, maka tumbuhlah keindahan baru, yang terkesan hadir secara tiba-tiba. Sungguh, tidak ada yang tiba-tiba di muka bumi ini.. semua mengikuti SunnatullahNya...

Tahukah engkau, apa yang terjadi jika ada manusia yang coba ‘berbaik hati’ kepada kupu-kupu yang masih terkukung di dalam kepompong itu, yaitu mencoba membantunya dengan cara membukakan lubang kepompong tersebut sehingga kupu-kupu tersebut bisa keluar dengan mudah? Ya, karena kupu-kupu keluar dengan mudah, maka otot-ototnya tidak terlatih untuk bertarung dengan alam yang liar. Sehingga wajar saja bantuan dari manusia tersebut justru melahirkan kupu-kupu yang lemah bahkan cepat mati

Memang perjuangan itu jarang yang diawali dengan mudah, dan perubahan itu tidaklah selalu diawali rasa nyaman. Namun kehidupan pun seringkali membuktikan bahwa di balik ketidakmudahan dan ketidaknyamanan hidup terdapat kekuatan dan kenikmatan yang luar biasa. Itu sebabnya mengapa aku harus OPTIMIS, yaitu menghadirkan kebahagiaan pikiran dan perasaan terlebih dahulu, sebelum kebahagiaan fisik aku dapatkan. Rasa itu sejati, Fisik itu fana .... 

Wallahu alam